Bacaaa yuuukkk ....

Belajar ,, dari yang biasa .. biasa saajjjaaaa ,, sampe jadi luarr biasaa ..

Rabu, 30 Januari 2013

What The PUUKK

         Masih ingat sama kata-kata begini : "Wah, sekarang kamu menjadi lain ya?"

Aku heran, apa sekarang aku mendadak menjjadi Sailor Moon?? atau sekarang rupaku sudah mirip Merlin Monroe?? Atau jangan-jangan isi kepalaku mendadak Habibie?? Pelisss, aku masihh Napil yang mutlak unyu !!!
--> Apa harus aku nerangin teori perubahan? Ah, itu sudah jadi update-an di mana-mana. Sudah jadi alibi yang basi. Semua dewasa mengerti bagaimana perubahan pasti mengikuti setiap orang. Kalo ada orang di dunia ini yang selalu sama diberbagai waktu berbeda aku percaya bahwa dia gila.

Atau mungkin beberapa orang terlalu mengharap aku menjadi apa yang sesuai dikepala mereka, sampai kadang keluar kalimat : "wah, kamu sejak kapan "begini"?" atau "Kamu sekarang jadi begitu ya?"

Hadeh, kadang bingung harus menjawab apa atau berekspresi seperti apa. Atau kalau pertanyaan-pertanyaan retoris seperti itu terlalu berulang kali terulang dari mulut yang sama, kadang, aku ingin melempar si penanya dengan apapun barang tumpul di muka bumi. #Upssss, soryy, lebay yang tadi. Lebih banyak biasa aja sih, ya, sedikit menggerutu kadang. Heran karena beberapa orang tidak siap dengan perubahan. Terus guweh harus gemana getooo?????
--> ini bbukan percobaan pembelaan diri, tapi buat apa aku tegaskan?? Iya, ini percobaan pembelaan diri. atau aku bingung jalan mana yang harus aku terangkan agar pertanyaan-pertanyaan semacam tadi tidak terlontar.

Hahahhahaha ...
Persepsi lagi, persepsi lagi. Tidak mencoba membohongi diri sendiri bahwa kadang persepsi terlalu menyudutkan. Dan terlalu sering menuntut lebih mungkin. Ayolah,, hidup sendiri itu tidak mungkin, hidup tanpa persepsi itu mustahil tapii .. tapii .. tapi ya kudu dijalani ..


Tenang  saja ya kalian-kalian yang sangat perhatian padaku. Aku mendengarkan kok, cuma kadang bagaimana ya aku menjelaskannya, agak susah. Kadang seseorang memiliki ukuran sendiri tentang bagaimana sewajarnya perubahan mengikuti mereka. Atau kadang (aku) memilih berubah dengan berbagai macam buntut yang kurang aku pikirkan. Ini bukan pernyataan penolakan pada persepsi dan pendapat. Ini hanya sebatas sedikit sudut pandang .. 






Kamis, 17 Januari 2013

Bagaimana ??

           Jam Empat pagi ..

Aku tidak mengerti, menjelaskan pun rasanya hanya akan menjadi sebuah ketidakperluan .. karena kau tak pernah bertanya ..
Tapi. 
Aku (pikir) kau salah memahami .. 
Aku (harap) kau mau membuka matamu, atau sekedar mencoba menafsirkan lebih luas ..
Aku sudah mencoba membahasakan dengan cara yang paling halus ..
Dan masalah (lagi) persepsi memang urusanmu ..

Selamat pagi 
Kepadamu, (yakin), kali ini jelas kepadamu ..
Yang entah dengan bahasa apa lagi bisa kubuat mengerti ..
Yang entah dengan tanda apa lagi bisa merasakan ..
Aku (begini) padamu ..

Selamat pagi .. 

Selasa, 08 Januari 2013

Jam 3 Pagi Paling Sial

          Saya kira saya mengidap sebuah penyakit, mulai tumbuh entah kapan dikepala saya. Dan saya tidak suka dengan penyakit saya ini, dia menggerogoti sistem yang sudah ada sebelumnya. Saya terlalu bingung menjelaskan jenis penyakit saya. Tapi, saya toh tidak harus menjelaskan apa penyakit saya ini. Apa pentingnya? begitulah kira-kira penyakit saya, penyimpulan pada sesuatu yang seringkali sangat egois dan buru-buru. Memastikan dan tidak memastikan suatu hal sekehendak saya dan penginterpretasian yang busuk. Hey diri saya, kenapa kamu??????
***
         Aku tidak ingin mengecewakan beberapa hal yang mestinya tidak perlu dikecewakan. Aku berada atau tidak berada di sana adalah sebuah rangkaian kejadian dengan alasan-alasan yang (aku) tentunya ikut andil didalamnya. Aku tidak mau mengurung diriku dalam persepsi gila yang munculnya datang dan pergi. Aku kenapa? Atau kenapa aku? 
         Sudah jam 3 pagi dan aku belum bisa tidur. memang biasanya pun sulit tidur. Aku sudah lama tidak menulis, lama tidak membaca, lama tidak autis, lama tidak berfikir luas, lama menjadi sempit, lama termonoton oleh sudut pandang dan lama tak sadar. Dan aku dikepung kegelisahan yang entah dari mana saja datangnya.
          Bahwa setiap orang memiliki hak untuk menjadi atau tidak menjadi, untuk memilih atau tidak memilih, untuk terada atau tak terada. Lalu kenapa aku mengecewakan yang (setiap orang) berhak berada di jalur yang mana? Aku sedang gila, itu saja mungkin.
***
         Saya mudah curiga, mudah teromabang-ambing dan saya labil. Saya belum habis menghabiskan sebatang rokok yang saya sedari tadi pun malas menghisapnya. Saya mau bercerita pada sepasang telinga yang entah di mana letaknya, lalu tiba-tiba saya menjadi sangat sedih. Saya kira, saya salah mengira. Lalu saya ingat tentang tulisan, saya mau menulis saja. Meskipun produk yang begini pasti akan lahir dengan sangat asal-asalan. Apa masalahnya? Tidak ada hei Saya!!!
***
           Harusnya aku ingat kata-kataku sendiri bahwa hidup tanpa ada kebencian pada orang lain itu seksi. Ah, betapa tidak seksinya aku. bentukku mungkin sudah begitu tak menyenangkan dilihat dari mana pun kalau isi kepalaku begini. Aku mulai menyalahkan kepalaku, di sana tumbuh ketidak sopanan pola pikir. Aku mau sembunyi saja dari kepalaku, tapi ke mana????
         Aku kecewa pada Dia 1 tanpa alasan yang jelas. Aku mengecewakan sikapnya, mengecewakan kata-katanya, mengecewakan entah apa sebenarnya. Padahal Dia 1 sebenarnya pun tak mengerti kenapa aku harus kecewa. Hei, bagaimana mungkin aku bisa mendikte persepsi?? 
         Aku kecewa juga pada Dia 2, kali ini aku pikir aku memiliki alasan yang kuat. alasan 1 dan alasan 2 aku kemukakan lalu muncul pertanyaan. Kenapa aku jadi begitu mudah kecewa padahal setiap orang dibatasi dinding-dinding keterbatasan mereka sendiri. Bukankah begitu juga denganku? Ahh.. 
***

             Saya pikir, dengan atau tidak dengan saya berusaha sekuat tenaga mengeja yang sebenarnya terjadi semuanya akan menjadi jelas sendiri. Saya kira, pada akhirnya, saya akan segera paham tentang bagaimana kepala saya dan dunia disekitarnya. Saya rasa, sebenarya, saya ini terlalu berusaha seluas mungkin tanpa memperhitungkan dengan tepat. Saya sudah cukup mengerti. Jam setengah 4 pagi. Saya sedang berada dititik seperti ini, belajar, bukan begitu namanya?
***
             Selamat pagi ..

Entah kepada apa, entah kepada siapa
mungkin pada kegelisahan 
mungkin kepadaku yang dihantam jemu
atau mungkin kepadamu yang dipukul semu 


           Selamat pagi ..
Bukankah pagi masih selalu begini
menjadi jarak yang nyata
bahwa siang dan malam itu berbeda
menjadi penegas yang jujur
bahwa pekat dan terang itu berseberangan ..


         Selamat pagi ..
Kepada burung, kucing, semut, kecoa, lintah, ikan, ayam 
kepada bayam, kangkung, kubis, terong
kepada tanah, pasir, batu, kapur
kepada kertas, kepada tinta 
kepada coretan-coretan


         Selamat pagi ..
Kepadamu yang mungkin akan terlambat tahu ....



Kamis, 03 Januari 2013

ANALOGI ..

Jika dengan mengatakan "aku lupa", maka aku akan benar-benar melupakannya pasti aku telah mengatakannya,, jauh sebelum kamu mengisyaratkannya ..
***
           Seperti biasanya tiap pagi aku membangunkanmu, hari ini aku menyapamu meski tak sama seperti biasanya. Biasanya? Apa ada yang salah dengan kebiasaan yang aku berikan. Di mana letak salahnya? Aku rindu membangunkanmu, rindu mengingatkanmu ini itu, rindu sedikit memarahimu. Sementara kamu merasa mulai menyukai kehilangan kebiasaan itu. Ah kamu, adakah yang salah dengan kebiasaan yang menyamankan aku? Aku tak mengerti.
               Coba saja kamu sedikit membuka matamu, bukan, hatimu itu. sudah berapa jauh aku mencoba menyelaminya? meskipun aku terdampar kemudiam. Kamu, padamu aku berlayar meski tak pernah sampai tujuan. Dan coba saja kamu tahu bahwa aku masih begitu berharap ada sedikit yang tersisa dari pelayaranku di sana. Semua jadi begitu semu, dan lama-lama menjadi benar-benar tak ada. 
                Aku akan berhenti mengemis, lupa caranya meminta agar kamu mengerti. Aku telah lama berhenti merintih, telah mulai lupa caranya mengiba. sementara kamu semakin jauh saja dalam perjalananmu. Apa lagi? Apa lagi yang tak kuberi hingga dalam setiap cerita kita selalu tersisa jeda yang kamu sesalkan? Sungguh, aku tak mengerti.
***
Jika dengan melupakanmu aku akan kembali menjdi diriku yang dulu ... yang tak pernah belajar mencintaimu ...
***
"Apa aku kurang mengalah?"
"Tidak,"
"Apa aku kurang mengerti?"
"Bukan itu,"
"Lalu kenapa denganku?"
"Aku tidak mengerti, hanya saja mungkin harus begini."
          Tidakkah kamu tahu bagaimana rasanya menjadi aku? Bagaimana rasanya mendengar itu dari mulutmu? Kamu tak tahu, kamu tak tahu bagaimana kesendiriannya menjadi aku. Kamu tidak akan mengerti karena disekelilingmu hanya ada ramai. Bukan seperti di sini, kamu tak akan pernah mengerti !!
***
Jika saja dengan tak melihatmu menghapus yang lalu, yang berlalu, yang terlalu .. aku, aku yang tak bisa menjadi jika ... 



GEK BERSAMBUNG DIL, RUNG ISO TAK RAMPUNGKE... SESUK MANEH ..