Bacaaa yuuukkk ....

Belajar ,, dari yang biasa .. biasa saajjjaaaa ,, sampe jadi luarr biasaa ..

Kamis, 05 Juni 2014

Kamu yang Pemarah

6 Juni jam 01.00, dini hari ..

Kamu memang pemarah, kita sudah sangat sering membicarakannya. Kalau kita sedang baik, maksudku kita sedang kondisi tidak bertengkar kamu tentu akan membuatnya menjadi bahan tertawa. Tentu berbeda kalau kita sedang bertengkar, kamu akan semakin marah jika aku mengatakannya. Kamu itu pemarah, kadang aku merasa itu sudah sangat berlebihan. 

Kamu marah seringkali bukan karena sikap atau kesalahanku. Tapi ketika kamu marah pada suatu hal maka secara otomatis kamu akan marah-marah, juga kepadaku. Aku pernah marah pada sahabatku, aku pernah marah karena tak lulus toefl, aku pernah marah karena banyak hal lain tapi aku akan marah padamu kalau kamu membuat aku tak nyaman atau kamu melakukan hal yang membuat aku marah. Bukan karena hal lain, berbeda bukan? 

Maaf, aku justru membandingkan perbedaan kemarahan kita. Padahal bukan itu yang ingin ku tuliskan sebenarnya. 

Kamu marah lagi hari ini padaku, juga karena sebab alasan yang sebenarnya bukan berhubungan langsung denganku. Sebenarnya aku sedih. Jika kamu sedang marah-marah lalu aku mencoba mendinginkan perasaanmu bukan karena aku ingin terlihat "sok baik" atau pencitraan apapun. Bukan, aku hanya ingin menjadi orang yang mendengarkan dan membuat kamu tak melulu diliputi kemarahan. Tapi kamu terlanjur pemarah tanpa mau perduli pada hal lain lagi. 

Kamu itu pemarah, sangat pemarah. Sampai kadang-kadang aku merasa lelah, bukan padamu tapi pada kemarahanmu. Dunia ini penuh kekecewaan sedang kamu seolah tak mau bersikap terbuka pada kekecewaan. Aku sedang tidak menggurui, sungguh, ini hanya sebuah perhatian yang kadang aku bingung harus bagaimana menyampaikannya padamu. 

Kamu itu pemarah, sangat pemarah. Aku mau mendengarkanmu, tapi kalau kamu bersikap tak mau ku dengarkan, haruskah kusumpal telingaku? Maka berikanlah sebuah sumpalan padaku agar aku tak mendengar apapun lagi, juga kemarahanmu. 





Minggu, 01 Juni 2014

Kepada Mahfud MD


Selamat malam Pak, sebenarnya dini hari ketika saya menuliskan surat ini. Semoga Bapak dan keluarga senantiasa sehat dan diberikan berkah.
Pak Mahfud yang baik, pergolakan politik akhir-akhir ini membuat saya malas membaca berita dan menonton televisi. Apalagi, (jujur) setelah langkah politik Bapak yang menyatakan mendukung Prabowo-Hatta. Saya memang sangat mengagumi Bapak tapi saya tahu saya tidak bisa memaksakan bahwa Bapak akan mengambil keputusan seperti yang saya harapkan.
Bapak adalah seorang negarawan yang baik dan muslim yang taat dimata saya. Dan saya selalu berharap kesehatan atas Bapak agar memudahkan Bapak dalam memperjuangkan cita-cita Bapak demi Indonesia yang kita cintai.
Pasti ada fakta sejarah dibalik pengambilan sebuah keputusan. Bagi saya, tak mungkinlah seorang Mahfud MD mengambil keputusan atas dasar kebencian atau balas dendam seperti banyak yang dicitrakan media. Tapi toh, Bapak pun manusia biasa yang memiliki kekurangan meski kami berharap begitu banyak pada Bapak.
Pak Mahfud yang baik hati, semoga Bapak dan keluarga senantiasa diberikan limpahan berkah dan kesehatan. Beberapa kali di media sosial saya sudah mengungkapkan kekecewaan saya pada Bapak, atas langkah politik Bapak. Kemudian pada akhirnya saya menyadari sesuatu, Bapak tentu sedang tidak menukar idealisme bapak dengan perahu lain. Bapak hanya sedang melakukan kewajiban Bapak sebagai manusia biasa bukan? Saya sudah terjangkiti demam manusia modern yang mengharapkan segala sesuatu selalu lengkap dengan jalan keluarnya sekaligus.
Kadangkala saya harus sedih jika membaca di sana sini semakin banyak yang memberikan komentar buruk terhadap Bapak. Tentang itu, saya pun harus bersikap maklum karena saya juga tak bisa memaksa seluruh kepala sependapat dengan saya. Maksud saya, untuk menghormati bagaimana keputusan Bapak dalam langkah politik.

Bapak Mahfud, jalan masih begitu panjang untuk Indonesia, untuk Pak Mahfud, dan untuk saya. Surat ini tidak bermaksud apa-apa kecuali sedikit harapan bahwa Bapak masih menjadi Pak Mahfud yang saya kagumi. Selalu, semoga Bapak dan keluarga diberikan kesehatan.