Bacaaa yuuukkk ....

Belajar ,, dari yang biasa .. biasa saajjjaaaa ,, sampe jadi luarr biasaa ..

Selasa, 24 Juli 2012

Ke Kotamu

Tak pernah terpikirkan sebelumnya aku akan melewati jalanan ini dengan rasa semenyakitkan ini. Tidak, aku biasa saja. Seperti biasanya aku akan datang dan pergi begitu saja. Ke kotamu hari ini menyisakan pahit yang entah dari mana asalnya. Tidak ada yang lebih hebat dari hari ini untukku, ke kotamu dengan sangat teramat biasa saja. 
Stasiun, peron, loket, harga karcis, menunggu kereta datang, suasana ramai stasiun masih begitu sama rasanya. Tempat ini masih begitu ramai akan orang-orang yang entah mau ke mana saja tujuan mereka. Kepalaku pun begitu ramai, sibuk dengan pikiran yang membawaku mengembara jauh dari tempat ini. 
Dan kereta datang, kereta murah dengan aroma khas menyajikan pemandangan yang hampir selalu sama tiap harinya, penuh sesak. Orang-orang ribut mencari tempat duduk, aku berjalan pelan menyusuri gerbong kereta. Tak pernah sepelan ini, tak pernah terasa begitu begini ini. Kekotamu, hari ini.

Sabtu, 21 Juli 2012

Tak Semanis Permen


         Namanya Annisa, gadis kecil berumur 4 tahun yang lucu. Wajahnya begitu manis, tak semanis hidupnya memang. Ia masih begitu kecil untuk mengerti tentang hidup dan kehidupan. Ia tak pernah tahu kenapa ia harus tumbuh, harus mengerti, harus menerima dan harus hidup. Ia tak mengerti, yang ia tahu cuma ia menyukai bungkus warna-warni di warung tetangganya yang berisi permen beraneka rasa. Ia masih sangat kecil, sangat kecil untuk memahami apa yang harus ia terima.
            Hidup bersama Kakek dan Nenek yang semakin menua dan dijerat kemiskinan membuatnya sering ketinggalan banyak hal dari teman-teman sebayanya. Ketinggalan? Bisa dikatakan sangat ketinggalan mungkin. Ia tak mengenal susu formula, tak mengenal es krim rasa coklat, tak mengenal play group dan tak mengenal pasar malam. Tapi ia sangat ceria, meski pun seringkali menyembunyikan mukanya dibelakang kaki Neneknya tiap kali bertemu temannya yang makan es krim atau meminum susu dari botol-botol bergambar tokoh kartun yang tak ia kenal. Ia tak pernah berkata meminta pada Neneknya, ia tak mangerti, terbiasa untuk menerima apa pun dengan diam.

Rabu, 11 Juli 2012

Tua

    Namaku Tua. Dulu aku tak bernama begitu, setidaknya pernah bukan itu. Kalau sekarang menjadi begitu ya bukan masalah untukku, aku menerimanya saja dengan biasa, sangat biasa. Semua orang memanggilku begitu, aku sudah terbiasa dan tidak ingin mengubah apa-apa. Sekali lagi, namaku Tua dan aku sudah terbiasa. Bukan masalah.

Sabtu, 07 Juli 2012

Tiba - Tiba

     "Boleh saya numpang di sini?" Tanyaku padanya, dia hanya menoleh kemudian mengangguk.
     "Apa benar Saudara tidak apa-apa kalau saya menumpang?" Dia mulai heran, menoleh lagi dan mengangkat alis sebelah kirinya.
     "Numpang apa Mbak?" Akhirnya dia bertanya.
     "Saya mau menumpang menangis di sini, boleh?"
Dia diam, menggeser duduknya memberikan tempat dudu kuntukku.
*
      Semua terjadi dengan sangat tiba-tiba, setiba-tiba hujan di musim kemarau. Sangat tiba-tiba, setiba-tiba kabar kematian yang tak pernah diduga. Sangat tiba-tiba dan harus diterima. Bukan, ini bukan tentang sebuah kematian, meski hampir sama artinya. Kematian, akan menyisakan kehilangan bagi yang ditinggal mati, dan kehilangan akan melahirkan kenangan. Kehilangan dan kenangan adalah bayi dan ari-ari yang rapat dirahim ibu. Begitu pun kamu, kamu memang tidak mati, tapi kamu hilang, kemudian kenangan. Tiba-tiba.
       Mungkin kamu memang suka segala sesuatu yang tiba-tiba, kamu suka memberikan kejutan. Kenapa? Aku tak mau lagi tahu kenapa, bukan urusanku Tapi ketiba-tibaan yang kamu hadirkan dalam hariku telah meremukkanku jadi berserpih-serpih rasanya. Terserahmu lah, akhirnya aku hanya bisa berkata begitu. Benar, pembendaharaan kata dalam hidupku akhirnya hanya tertuju pada satu frasa: terserahmu lah!

Minggu, 01 Juli 2012

Biarkan Siang Bercerita ..

  • Siang, kucoba ungkapkan padanya tentang kerinduan.. jangankan mendengar, menoleh pun ia tidak .. 
  • Siang, kuceritakan padanya tentang cinta, dia diam, menarik selimut keraguan .. 
  • Siang, aku bicara pada diriku sendiri, menegur, menjelaskan, dia datang, membawa segelas harapan .. 
  • Siang, aku mendengarkannya, dia diam, kembali pada tanya yang tak datangkan jawab .. 
  • Siang, daun-daun yang bergoyang, membawa sejumput kisah, hati yang resah .. 
  • Siang,  kita sama-sama melihat, jiwa-jiwa yang tak mau menjadi lelah ..