Bacaaa yuuukkk ....

Belajar ,, dari yang biasa .. biasa saajjjaaaa ,, sampe jadi luarr biasaa ..

Minggu, 09 Februari 2014

Bagaimana nanti aku bisa?



Bertambah dewasa dengan usia yang semakin merangkak dengan bergelisah imajinasiku serasa dibawa ke masa depan. Aku perempuan, maka sewajarnya perempuan lain kemudian akan menikah dan memiliki anak. Itu biasa saja, semua perempuan di lingkunganku dan pada masanya nanti mulai memikirkan hal-hal sewajar itu. Itu sangat biasa saja.
            Ah, lagi pula aku suka sekali melihat anak kecil, menimang-nimang mereka. Lagi pula aku selalu senang melihat keluarga kecil yang nampak berbahagia. Memulai rencana-rencana kecil, membangun masa depan dengan cerah. Lagi pula semua perempuan di lingkunganku akan mengalami masa yang sama. Kami akan kawin lalu beranak pinak. Kemudian menyandang gelar baru sebagai ibu.
            Dibuku-buku ensiklopedia, di buku-buku pelajaran, di dongeng-dongeng kanak-kanak, aku banyak terbuai tentang mulianya seorang ibu. Bagaimana besar jasa ibu, bagaimana mereka menjadi tonggak kebesaran jaman. Mereka tokoh balik layar kesuksesan masa depan. Mengaca pada ibuku yang begitu lugu dan sederhana mewariskan sedikit pengertian masa lalunya untuk pemahaman jaman berkembang kepadaku.
            Lalu tiba padaku. Aku biasa saja, semua perempuan toh pada akhirnya akan menyusui anak mereka dengan puting-puting pemahaman mereka. Sekedarnya, ala kadanya, atau pura-pura luar biasa.
            Tapi apa nanti yang bisa aku wariskan kepada jabang bayi yang mungkin lahir dari garbaku?
            Aku tumbuh di jaman yang dimana daging adalah keutamaan. Bungkus-bungkus mulai menjadi jauh lebih mahal dari pada rasa yang didapat. Bagaimana bisa aku mewariskan budaya daging sementara aku berkecamuk tumbuh didalamnya. Bagaimana bisa aku memberi menu utama perkembangan anakku nanti sesuatu yang berasa, bila jaman ibunya adalah jaman semua orang memuja daging. Ah.
            Apa yang bisa aku wariskan kepada mereka nanti?
            Mungkinkah modernitas yang semakin lama semakin memuakkan dan membelenggu manusia dalam hidup yang begitu Ab Ab ? bagaimana bisa aku menyuapi sarapan kepada bayi merah itu dengan layar-layar elektronik yang setiap harinya terlalu banyak berisi kepura-puraan dan kebohongan.  
            Apa yang bisa kau wariskan kepada anakku nanti?
            Budaya yang begitu penuh keglamoran? Ketika kesederhanaan menjadi sesuatu yang dianggap perlu diasingkan. Dimana semua orang berlomba-lomba menjadi seperti kebanyakan orang lain dengan mengikuti citra-citra yang sengaja diciptakan segelintir orang. Haruskan aku mewariskan pada anakku nanti? Jika yang kuwariskan adalah premature dari sebuah kepanikan modernitas.

Setidaknya itu masih akan menjadi waktu yang jauh dariku sekarang, mungkin aku masih mempunyai waktu untuk menyiapkan pemahaman. Atau sekedar menambah kegelisahan? Selamat pagi, mereka yang senantiasa masih mau berpikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar