Bacaaa yuuukkk ....

Belajar ,, dari yang biasa .. biasa saajjjaaaa ,, sampe jadi luarr biasaa ..

Selasa, 18 Desember 2012

Pada Sebuah Sore


"Kepada kamu, yang lupa ketika pernah menebarkan tawa dibibirku"

Hari ini aku masih menatapmu, seperti biasanya, kamu lupa menoleh kepadaku. Sudah berapa waktu berlalu? Menghitungkah kamu? Sudah berapa waktu -tanpa aku, tanpa kamu- lepas dari kita? Aku menghitungnya, dengan sangat baik ..... 

Ah, sepi di sini ,, sepiiii ,,,, 

dan sepi !!!! ...... 

--------- dihatiku ----------

Bagaimana di sana?? bagaimana di sana ?? 

bagaimana di hatimu ??? 

tak juga sepi kah ?? 


"Kepada kamu, yang lupa ketika pernah mengalirkan luka dimataku"

Apa kabar kamu? Apa kabar hari-harimu? Apa kabar pagimu? Siangmu ? Soremu? Malammu?

Apa kabar semua tentangmu? Tanpa aku?



"Kepada kamu, yang pernah begitu dekat dan menjadi begitu jauh dari ku (hatiku)"
Kita mungkin telah sama-sama menjadi jauh, telah sama-sama mulai menjadi terbiasa tanpa satu sama lain, telah sama-sama menjadi lain ... 

- Menjadi lain? (-bukan aku-)

Selamat menjadi lain, selamat menjadi jauh, selamat mengenal yang baru (atau yang lama) ..

Dan aku akan segera lupa atau melupakan atau terlupa atau mungkin dilupakan ..


"Kepada cerita, yang pernah menukik diduniaku dan duniamu, beberapa waktu lalu ... "
Aku pernah menuliskan beberapa baris tentang kita, tentang waktu yang kita lalui .. sampai mungkin nanti aku akan menulis tentang kalian, tentang waktu yang kalian lalui .. 

selamat berlalu .. 

"Kepada hatiku"

When you try your best but you don't succed .... 

When you feel so tired but you can't sleep .... 

When you lose something you can't replace ...

When you love someone but it goes to waiste ... 

Could it be worse ????????? 





----------- > buat Dila .... satu, duaaakkk, tigaaaakkkk ... senyum yakk !!!!!!!!!!!!



Senin, 10 Desember 2012

Tentang 3 DESEMBER 2012

Mungkin, dari 24 orang yang tergabung dalam Patlikut teater, akulah yang paling tidak punya foto-foto dalam pementasan drama Dhemit itu ..
Ketika tirai dibuka, lampu menyala, aku hanya berdiri di sisi kiri panggung sambil meremas tanganku yang dingin. Tidak bisa banyak bicara, kecuali percaya bahwa mereka (artis-artisku) akan melakukan yang terbaik.
Aku sangat berterimakasih kepada : Mas Erang (http://www.facebook.com/erang.theodorus?fref=ts) sebagai guru yang luar biasa, mengajari banyak hal, dari konsep bloking, lighting sampai musik. mas Erang yang lima menit sebelum pertunjukan masih sempat menemani kegalauanku dan meyakinkanku bahwa semua pasti bisa jadi yang tebaik dari proses yang sudah kami jalani.
Musik mulai masuk, penonton terlihat sedikit riuh dan Suli (Widyaningsih) muncul sebagai pembuka adegan di babak pertama. Aku semakin berdebar, beberapa orang di setwing membiarkanku dan maklum.
Kemudian kepada Mas Bayu ( http://www.facebook.com/bayubiasasaja?fref=ts) yang luar biasa edan bisa mencairkan semua suasana terutama saat setting. Aku ingat ketika seminggu sebelum pementasan Mas Bayu telpon dan bilang, "Nafil, aku izin pulang ya, Ibuku sakit." Rasanya begitu tidak enak membuat Mas Bayu sampai harus izin untuk pulang. Lalu situasi sedikit memanas, banyak perkara-perkara yang membuatku menuju puncak kepusingan. Satu-satunya ide yang muncul adalah mengirim pesan pada Mas Bayu, berharap bisa sedikit terhibur dan benar. Semua selalu bisa dikerjakan, begitu selalu kata Suhu Bayu. Tapi keajaiban itu datang ketika tanggal 30 November Mas Bayu kembali menampakkan batang badannya. Terimakasih Mas Bayu untuk alkohol yang selalu habis kau tenggak. :)))
 Pak Rajeg (Miko) kemudian masuk, adegan pertama adalah Pak Rajeg marah-marah pada Suli. Aku takut pada artikulasi Miko, biasanya ada beberapa kata yang mblibet tapi ajaib hari itu semua lancar sekali. Dan ketika Sawan (Dimas masuk) aku semakin berdebar. Babak pertama segera berakhir.
Yang selanjutnya buat Mas Becak (http://www.facebook.com/yudhi.becak.3?fref=ts) yang walaupun sibuk selalu menyempatkan buat mendampingi proses setting kami. Kalau tidak ada Mas Be, mungkin itu fogging dan berbagai macam alatnya tak bisa kami dapat dengan mudah. Dan untuk jurus menyampur seven up sama yang harganya 10 ribuan itu, lumayan juga, aku tahu komposisi yang pas sekarang. 
Lampu blackout, dan Gendruwo (Genjik), Wilwo (Gembul), Kuntilanak (Tya) dan Egrang (Lintang) mulai sibuk mempersiapkan diri. Dan mereka mulai masuk, lampu kembali menyala.
Terus, buat Mas Baim (https://twitter.com/muhaibra) yang sudah menemani proses lighting, dari nyari yang paling murah sampai menemani waktu kecewa pas ambil lampu. Maaf ya, waktu itu aku tidak bermaksud memperlihatkan wajah kecewa, tapi sewa mobilnya udah mahal. -_- 
Buat Mas Sondang ( http://www.facebook.com/rocksambodo?fref=ts ) yang juga mengurusi lighting yang galak banget, yang suka marah-marah, yang suka misuh, yang pelit, yang menyebutku "perempuan berjakun", yang pas tanggal 3 nyari filter tapi karena aku stress jadi nyari sendiri, yang nanya sama aku tapi aku lagi pusing langsung bilang: "yowis, rasah dipikir." Terimakasih ya. :)))
Mas Baim sama Mas Sondang, makasih juga setelah tanggal 3 ketika aku dirundung masa keseloan kalian bersedia dengan terpaksa aku ikutin kemana pun. :p 
Adegan 2 berjalan, Jin Preh (Hoho) masuk ke panggung. Tanganku semakin dingin, dialog demi dialog meluncur. Aku menerima pesan dari beberapa teman yang tidak bisa masuk panggung, aku tidak bisa membantu, jantungku jauh lebih butuh bantuan agar tidak copot dari sarangnya.
Buat Kakak Jack Tampan (https://twitter.com/jckoben) makasih sekali atas segala macam kerepotan yang sedia dikorbankan buat kami. Terimakasih atas kedatangan di latihan, ngajarin latihan buat pemanasan, permainan biar fokus dan segala macam tetekbengeknya. Juga terimakasih buat campuran sandynya yang (2,5 jam waktu diperlukan untuk mendapat warna yang cocok), buat jurus menganyam gedegnya. Juga buat perintah membeli 5 kg cat yang belum terpakai itu. -_- Pokoknya makasih, makasih dan makasih !!!! :p
 Pingpong dialog babak 2 semakin cepat oleh rasa-rasaku, seperti getaran tanganku yang semakin tak terkendali. Mataku tak bisa lepas dari pergerakan para dhemit, yang lain disekitarku sibuk sama fogging dan kipas angin. Tuhan, jangan buat jantungku copot.
Kepada Uzek, Encang, sama Gilang (yang aku tidak tahu sosmednya secara tepat) makasih karena kalian sangat setia pada patlikur teater sejak awal home produksi. Encang, semoga cintamu segera diterima. Amin. Uzek, kamu pahlawan pokoknya! aku masih ingat ketika satu jam sebelum pementasan Uzek sama mas Bayu masih sibuk mencari akar buat aksen pohon Preh. Pohonmu itu sangar Zek, pokoknya ketidak tiduranmu itu sangat bermanfaat. Dan buat Gilang, makasih sudah mewakiliku buat memotong ranting pohon prehnya. Aku salut, dihujan yang lebat itu kamu berhasil memotong beberapa ranting dengan tubuh kurus keringmu. :p
Adegan kedua berakhir ketika Jin Preh masuk ke setwing. Lalu babak ketiga dimulai ketika anak sesepuh desa (Dila) keluar dari rumah dan sesepuh desa (Setiawan) masuk dari setwing kiri.
Buat Mas Doni ( http://www.facebook.com/dheoDOeniNI?fref=ts) yang baru dua minggu sebelum pentas aku hubungi buat ngisi musik latar terimakasih sekali. Coba tidak ada biola dan alat musikmu itu yang entah apa namanya itu, mungkin pementasan akan sangat kacau. 
-masih bersambung-







Rabu, 14 November 2012

Rambat Jalar

Kepada kucing-kucingku di rumah ..
Mungkin aku harus menuliskan ini kepada mereka. Aku harus menulis, sama seperti aku harus makan. Dan pada lembar yang ini aku diburu kebimbangan tentang kepada siapa tulisanku akan kubuat. Kucing-kucingku, apa kabar kalian? Beberapa minggu tak melihat kalian. Kucingku, dengarkan, di sini aku sedang belajar banyak hal. Memang tak selamanya aku serius, banyak kali cuma aku habiskan dengan beberapa hal tidak penting. Aku kadang iri kepada kalian, kalian tak perlu belajar banyak hal. Tinggal hidup dan mengeong saja. Sementara aku? Ah, aku tahu pada titik ini kalian pun iri padaku kan? Setidaknya aku bisa pergi kemana pun sesukaku. Kucing-kucingku, hiduplah bahagia, hiduplah sejahtera. Bukankah kata Cu Pat Kai, cinta itu deritanya tiada akhir sementara kalian tidak mungkin jatuh cinta bukan? Jadi kalian tak kenal kata menderita.

Minggu, 28 Oktober 2012

Suara-suara pada Jum'at Pagi

        Sunyi. Aku menoleh ke luar jendela yang begitu sepi. Tidak ada angin berbisik, tak ada burung mencercit   , bumi terasa bisu dan kelu. Hampir satu jam aku tenggelam dalam pagi yang begitu hening. Tulang-tulang kakiku terasa lemas, bahkan rasanya aku tak punya kekuatan mengangkat pantatku dari kursi kursi kayu di rumahku.
            Beberapa suara tiba-tiba menelusup ketelinga, dari berbagai lintasan waktu.
            “Kita dikejar waktu, sebulan lagi kita harus pentas!!”
            Suara pertama terdengar keras, terucap lantang dari seorang perempuan. Aku bisa membayangkan wajah si empunya suara yang akhir-akhir ini mengejarku dengan jadwal pementasan.

Selasa, 16 Oktober 2012

Maghrib

       Ada salah satu tokoh novel yang aku terkesan sekali padanya. Cobaan hidupnya sangat berat sampai ia merasa kematian adalah jalan keluarnya. Iya, kematian terlalu menggoda untuknya. Tapi ia melawan rasa ingin matinya sekuat tenaga. Ia mencoba bertahan dengan zikirnya, zikir yang sangat sederhana ia kenal. Nadira namanya, Nadira Suwandi. (Dalam novel 9 dari Nadira karya Leila S Chudori).
***
-Tuhan, aku juga sedang mencobanya.. mencoba melawannya,,-

Kamis, 27 September 2012

Mengeja Pagi


             Aku tidak bermaksud membuat pagi ini menjadi begitu kacau.  Mata anak-anak kos memandangku aneh dan sedikit jijik, sementara aku hanya bisa nyengir dan berjalan pelan keluar kamar mandi. Sekali lagi pagi ini, aku tidak bermaksud tertidur di kamar mandi. Aku mulai mendengar sindiran anak-anak kos mengeras dan memanas ditelinga. Benar, bukan keinginanku untuk terlalu nyaman tertidur di kamar mandi.
            Aku yakin, tidak akan ada yang mau punya kebiasaan sepertiku, begitu juga aku. Aku sama sekali tidak pernah berharap punya kebiasaan tertidur di kamar mandi dan merasa nyaman di sana.  Bagaimana aku harus mengungkapnya, aku bahkan merasa bingung dengan keadaanku. Setiap pagi aku bangun, secara tidak sadar dan sadar aku akan melangkah ke kamar mandi, jongkok di kloset dan tidur lagi. Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk tidak melakukannya, tapi ujung-ujungnya aku akan kembali ke kebiasaanku.
            Kelak, aku tahu kamu juga akan sangat tidak suka pada kebiasaanku ini. Tenang, aku akan sedikit demi sedikit berubah. Untukmu apa pun akan kulakukan bahkan dengan tidak menjadi diriku sendiri. Tapi, setidaknya aku mohon ajari aku dulu. Ajari aku mengeja pagi, sepertimu melakukannya.

Senin, 17 September 2012

3 Ekor Nyamuk dan Perasaannya I

       Hari ini masih seperti kemarin dan kemarinnya lagi, terlalu monoton. Tapi ada yang sedikit, -lumayan berbeda-. Perkenalanku dengan 3 ekor nyamuk yang sempat singgah di lengan kananku, pipi kiriku, telapak kakiku dua-duanya dan kalau tidak salah punggungku membuatku semakin susah tidur. Mereka masih saja ribut, saling berpendapat. Terjadilah percecokan sengit antara ketiganya, saling berebut perhatianku. Ketiganya merasa benar semua, aku bingung ingin membela yang mana. Dan sedari tadi pun aku hanya diam, menikmati gigitan mereka yang penuh amuk amarah, gatal sekali.
         Biar lebih mudah, aku akan memperkenalkan 3 ekor nyamuk ini pada kalian. Mari kita kenali lebih jauh lika-liku kehidupan mereka disempitnya kamar kosku. Nyamuk pertama terdeteksi berjenis kelamin laki-laki (tidak usah mencoba mencari tahu aku mengenali kelaki-lakiannya darimana, ini jelas dari lokasi gigitan yang dia pilih) namanya Bobo. Jangan memandang dari segi namanya yang terkesan unyu, dia tidak unyu sama sekali, sangat keras kepala. Nyamuk kedua terdeteksi perempuan, tubuhnya proporsional dengan bentuk kaki yang lumayan indah, namanya Nene. Nene dalam tatanan hidup kenyamukan berperan lumayan banyak, dia adalah pemberi informasi apabila target (adalah saya) sudah lengah dan siap disantap. Nyamuk yang ketiga juga perempuan, namanya Laila. Laila adalah nyamuk perempuan paling sembarangan, dia tak pernah menggubris kerja Nene, dia menggigit tanpa mempedulikan kondisi target. Dan obrolan mereka malam ini sedikit menggangguku yang sedari tadi berusaha berpura-pura tidur.

Nene: "Laila, jangan suka menggigit sembarangan! Edan kamu, target belum lengah sudah main sedot saja! Pake etika dong,"
Laila: "Cerewet kamu Ne, resiko ditanggung aku sendiri kok. Aku mengenal target ini dengan baik, dia akan ikhlas menyumbangkan darahnya padaku. Dia lumayan baik,"
-Aku tersenyun, Laila benar sekali, aku memang baik,-
Nene: "Kamu sukanya menyambar jatah orang juga, bukannya dulu kita sepakat kalau bagianku itu telapak kaki kiri?"
Laila: "Nha kan, kamu mulai mencari-cari kesalahanku,"
Nene: "Kamu memang salah, jangan mengelak lagi atau kamu aku bawa ke dewan mahkamah pernyamukan di kos ini?"
Bobo: "Bisakah kalian berdua menikmati makan malam kalian dengan sedikit khidmad>"
Laila: "Setuju deh sama kamu Bo, Nene memang kebanyakan omong,"
Nene: "Oh, mulai mau menyerangku bersama-sama lagi? Cih, cara lama!"
-Oke, jadi dulu-dulunya(sekitar 2 atau 3 hari yang lalu) mereka juga sempat bertengkar hebat. Ternyata Nene dan Bobo sempat terjebak cinta lokasi, namun Laila datang mengacaukannya. Nene memiliki dendam pribadi pada Laila, dramatis sekali,-
Bobo: "Bukan begitu dik Nene, abang cuma ingin kalian makan dengan tenang agar tercipta keharmonisan kita yang dulu lagi,"
Laila: "Sudahlah, kalian tidak usah bernostalgia di depanku!"
Nene: "Siapa sudi bernostalgia dengan makhluk itu,"
Bobo: "Iya iya tidak ada yang bersedia, mari kita makan malam lagi,"
Nene: "Bang, paksa saya bernostalgia dong!!!"
Bobo: "Lah??"
Laila: "Tuh kan, kelihatan yang gatel siapa?"
Nene: "Yang gatel ya jelas yang sukanya nyampurin orusan orang,"
-Sambil marah gigitan Nene samasekali tak terkedali, berapa liter darahku berkurang, T.T-
Laila: "Siapa ya? Situ jelas-jelas minta digaruk sama Bobo,"
Bobo: "Sudah-sudah, tidak ada yang gatel. Jangan ribut terus nanti target kita bangun.
-Aku belum tidur, bego-
Nene: "Bo, akar permasalahnnya memang kamu kok! Bela salah satu dong, jangan cuma nyari aman! Kampret kamu,"
Laila: "Pancen kok, kamu Bo yang gatel sebenernya. Jadi nyamuk kok sukanya ditengah-tengah! Pengecut kelas nyamuk kamu!"
Bobo: "Lah kan, jadi aku yang gatel itu begimana??"
Nene: "Coba dari awal kamu jelas, setidaknya jelas melukai atau jelas tidak melukai maka kami tidak akan terluka begini! Kamu ini gatel sekali rupanya,"
Laila: "Atau setidaknya coba dari awal kamu tidak pengecut untuk terus berada pada titik aman maka ekologi hidup pernyamukan kita tidak akan menjadi begini rumit Bo,"
Bobo: "Welha aku jadi bingung,"
-Sebenarnya perasaan nyamuk-nyamuk perempuan itu terasa sangat imajiner, Bobo bahkan terlihat tak tahu apa-apa-
Nene: "Dasar kegatelan! Kamu menghancurkanku Bo!"
Laila: "Menghancurkanku juga!"
Bobo: "Aku tidak gatel, kalian salah mengerti. Tunggu dulu, jangan keburu nangis disini, suara ngiung-ngiung kalian bisa membangunkan tuan putri,"
-Bobo memang pintar merayu,-
Laila: "Tidak usah mencari alasan kamu, kalau sudah kepepet saja pengennya lari dari masalah,"
Bobo: "Laila, jangan  memperkeruh suasana,"
Laila: "Kamu jangan kegatelan!"
-Watdezingggg,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, aku yang gatel nyamuk-nyamuk somplakkk,-
Nene: "Sudahlah, aku memutuskan pergi saja, kamar ini sudah tidak kondusif lagi untukku,"
Laila: "Jangan Ne, mari kita baikan saja. Apa kamu tega target kita kesepian tidak ada kita?
Nene: "Sudahlah Laila, aku sudah memaafkanmu tapi aku tidak mau di sini lagi,"
-Wah, kasian ni si Nene-
Bobo: "Ne, pikirkan matang-matang dulu,"
Laila: "Iya Ne, terlalu banyak kenangan di sini,"
Bobo: "Setidaknya pernah ada "kita" di sini Ne,,,,,"
Laila: " Iya Ne, KITA, aku, kamu dan dia!"
Nene: " Ah, kapan aku bisa beranjak dari kenangan kalau untuk melangkah keluar saja aku diburu ketakutanku sendiri,"
-Dan rasanya kamar ini menjadi begitu hening- Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Senin, 10 September 2012

1002 Mimpi Jumlahnya

        Ada yang mengendap di kepala, tumbuh dan terus tumbuh secara menakutkan. Iya, banyak sekali ingatan yang masih saja tak bisa dihapus atau sekedar dianggap tak bermasalah. Masih saja, begitu mengganggu rasanya. Ingatan ini seperti mimpi-mimpi buruk yang menghantuiku kemana pun. Aku jengah, muak!!
          Bayangkan saja, jika aku sedang tersenyum senang bisa tiba-tiba berhenti jika mimpi buruk itu datang. Jika aku sedang sedih akan semakin sedih jika mimpi buruk itu kembali menari berputar-putar di kepala. Aku benci mengingat yang tak ingin aku ingat. Aku benci menyadari beberapa hal benar-benar terjadi, aku benci menyadari aku berubah, aku benci menyadari kita telah sama-sama menjadi lain. 

Jumat, 24 Agustus 2012

Klakson Ayo Klakson !!

     Hari ini, lagi, saya duduk di atas jok motor butut saya menunggu lampu hijau menyala disebuah peremtapan besar yang jauh dari rumah. Seorang teman yang duduk di jok belakang dari tadi sudah mengeluhkan matahari yang bersinar terlalu terik hari ini. Oke, saya hanya mendengarkan dan merasakan terik matahari yang terus menusuk kepala menembus helm yang juga butut yang sejak tadi terparkir mesra dikepala saya.
       Delapan puluh detik lampu merah pun hampir terasa seperti 350 tahun penjajahan Belanda. Yess, yang ini memang lebay tapi kemacetan dan panas yang mencekik terasa sangat menyiksa. Mobil-mobil dengan dominasi plat B dan D pun dengan grusah-grusuh  menunggu lampu hijau menyala. Dan, 7, 6, 5, 4, tinn, tinn, suara klakson menyambut lampu hijau dengan sangat memekakkan telinga. Saya yang berada lumayan dijajaran paling depan segera menoleh kebelakang dan melototkan mata tanda tak suka. Pengendara motor, pengendara mobil, dan pengendara-pengendara lain dibelakang saya itu kemudian serempak rasanya menghujani saya dengan klakson. Teruskan saja pikir saya, kalau lampu hijau belum menyala saya tidak akan jalan. 
       Akhir-akhir ini sebagai pengguna dan pengamat jalan raya saya memang kurang suka dengan kebiasaan yang entah sejak kapan rasanya mulai membudaya dikalangan pengguna jalan raya. Kebiasaan memencet, menggebuk, mumukul, menyentuh, mengeplak  atau apa pun itu sebutannya agar klakson mereka berbunyi bahkan sebelum lampu hijau menyala sangat meresahkan saya kadang-kadang. Rasanya kebiasaan menyalahkan sebelum kesalahan dibuat sangat tercium dalam aksi klakson mengklakson ini.
       Ah, kenapa tidak mencoba untuk sedikit bersabar dan membiarkan yang di depan leluasa berjalan dulu dengan nyaman? Kenapa semua orang serasa diburu melulu? Jalanan harusnya mengajari kita untuk sabar, bukan semakin tak mau kalah menjadi yang tercepat. Rasanya rumus percepatan sama dengan jarak per secon kuadrat itu harus diganti menjadi jarak per sabar kuadrat. Yess??
       Saya tidak mau tahu Anda dari mana mau ke mana, tidak mau tahu apa huruf depan dan belakang plat kendaraan Anda, tidak mau tahu apa yang meburu Anda untuk terus terburu-buru. Kalau Anda berniat terus mengganggu kenyamanan orang lain dengan klakson-klakson Anda, saya sarankan ganti kendaraan Anda dengan ambulans !!!
  

Sabtu, 18 Agustus 2012

KUCING, nama?

     Lupa aku sudah berapa tahun memelihara Sari, kucingku yang kembang telon. Selama ini dia tidak merepotkan cuma kadang-kadang menjengkelkan saja. Kalau sedang tidak benar kelakuannya dia suka mengganggu dapur ibuku atau memancing kemarahan bapakku dengan rengekan manjanya. Tapi dia sangat setia dengan keluarga kami, bahkan mengeluh pun tak pernah ia lakukan. Aku senang campur terharu. Dari Sari kecil sampai menginjak dewasa sekarang aku merawatnya dengan senang, ya ada lah kadang-kadang membentaknya kalau dia mengganggu dapur tetangga.
     Sari kucing yang unik karena aku melihatnya dari sudutpandang keunikan pula. Kalau dia tidak unik maka aku akan mati-matian mencari keunikannya. Dia tumbuh dewasa di keluarga yang aku sebagai pengabdosinya cukup memperhatikan tumbuh kembangnya. Sari punya keunikan yang kali ini aku rasa benar meski pun Bapakku suka mengatakan aku mengada-ada. Sari suka marah kalau diperlakukan tidak adil, misalkan kami sekeluarga makan ayam lalu dia makan dengan ikan asin maka rasa-rasanya dia akan menatapku dengan tatapan penuh kemarahan. Atau misalkan pernah seorang saudara menceritakan kucingnya yang hebat, gaul dan keren kepadaku, Sari terus menerus melirikku tidak suka. Iya, Sari marah aku tidak adil tidak menceritakan keistimewaannya yang memang nihil. -_-

Minggu, 12 Agustus 2012

Sebuah Buku Harian -Suminto A Sayuti-


SEBUAH BUKU HARIAN

Akan tereja kembali di sini

Sebuah riwayat paling purba

Tentang Adam yang terusir

tentang usia yang semakin menggigil

Diam-diam aku mencintaimu

Tidurlah kekasih dalam kalbuku barang sejenak 

Sementara angin berkesiul

membuat siklus di antara hari-hari merenda

Perjalanan tak berujung

Akan bermula kembali di sini

Sementara resah datang menghardik 

Sementara hati terasa cabik-cabik … 

     
              Suka sekali puisi ini, apalagi musikalisasi puisinya mantab sekali. Rasanya sederhana tapi dalem sekali. Biasa tapi getir sekali. Menulis puisi memang selalu tidak lebih mudah daripada menikmati puisi. Jadi, jempol empat buat Dosen favorit saya Pak Minto yang keren abis untuk puisi ini. :D
            Paling suka sama bait ini; Diam-diam aku mencintaimu / Tidurlah kekasih dalam kalbuku barang sejenak. Rasanya ada yang ngalir, entah bagaimana ikut nyesek di hati. Rasanya ada yang ikutan jadi sedih, rasanya ada yang ikutan jadi pecinta yang cintanya tidak pernah tersampaikan. Oke, imajinatif sekali sayaaa .. J jadi berkhayal sayalah tokoh utama dari bait-bait puisi indah ini.
            Karena saya belum bisa (semoga suatu saat jadi bisa) menulis puisi maka dengan sangat bijaksana saya memutuskan untuk menjadi penikmat puisi dulu. Tidak susah mencintai puisi apalagi kalau tulisannya indah-indah begini. Rasanya hampir sama kok kayak cinta kamu .. hehe :D
   


Selasa, 24 Juli 2012

Ke Kotamu

Tak pernah terpikirkan sebelumnya aku akan melewati jalanan ini dengan rasa semenyakitkan ini. Tidak, aku biasa saja. Seperti biasanya aku akan datang dan pergi begitu saja. Ke kotamu hari ini menyisakan pahit yang entah dari mana asalnya. Tidak ada yang lebih hebat dari hari ini untukku, ke kotamu dengan sangat teramat biasa saja. 
Stasiun, peron, loket, harga karcis, menunggu kereta datang, suasana ramai stasiun masih begitu sama rasanya. Tempat ini masih begitu ramai akan orang-orang yang entah mau ke mana saja tujuan mereka. Kepalaku pun begitu ramai, sibuk dengan pikiran yang membawaku mengembara jauh dari tempat ini. 
Dan kereta datang, kereta murah dengan aroma khas menyajikan pemandangan yang hampir selalu sama tiap harinya, penuh sesak. Orang-orang ribut mencari tempat duduk, aku berjalan pelan menyusuri gerbong kereta. Tak pernah sepelan ini, tak pernah terasa begitu begini ini. Kekotamu, hari ini.

Sabtu, 21 Juli 2012

Tak Semanis Permen


         Namanya Annisa, gadis kecil berumur 4 tahun yang lucu. Wajahnya begitu manis, tak semanis hidupnya memang. Ia masih begitu kecil untuk mengerti tentang hidup dan kehidupan. Ia tak pernah tahu kenapa ia harus tumbuh, harus mengerti, harus menerima dan harus hidup. Ia tak mengerti, yang ia tahu cuma ia menyukai bungkus warna-warni di warung tetangganya yang berisi permen beraneka rasa. Ia masih sangat kecil, sangat kecil untuk memahami apa yang harus ia terima.
            Hidup bersama Kakek dan Nenek yang semakin menua dan dijerat kemiskinan membuatnya sering ketinggalan banyak hal dari teman-teman sebayanya. Ketinggalan? Bisa dikatakan sangat ketinggalan mungkin. Ia tak mengenal susu formula, tak mengenal es krim rasa coklat, tak mengenal play group dan tak mengenal pasar malam. Tapi ia sangat ceria, meski pun seringkali menyembunyikan mukanya dibelakang kaki Neneknya tiap kali bertemu temannya yang makan es krim atau meminum susu dari botol-botol bergambar tokoh kartun yang tak ia kenal. Ia tak pernah berkata meminta pada Neneknya, ia tak mangerti, terbiasa untuk menerima apa pun dengan diam.

Rabu, 11 Juli 2012

Tua

    Namaku Tua. Dulu aku tak bernama begitu, setidaknya pernah bukan itu. Kalau sekarang menjadi begitu ya bukan masalah untukku, aku menerimanya saja dengan biasa, sangat biasa. Semua orang memanggilku begitu, aku sudah terbiasa dan tidak ingin mengubah apa-apa. Sekali lagi, namaku Tua dan aku sudah terbiasa. Bukan masalah.

Sabtu, 07 Juli 2012

Tiba - Tiba

     "Boleh saya numpang di sini?" Tanyaku padanya, dia hanya menoleh kemudian mengangguk.
     "Apa benar Saudara tidak apa-apa kalau saya menumpang?" Dia mulai heran, menoleh lagi dan mengangkat alis sebelah kirinya.
     "Numpang apa Mbak?" Akhirnya dia bertanya.
     "Saya mau menumpang menangis di sini, boleh?"
Dia diam, menggeser duduknya memberikan tempat dudu kuntukku.
*
      Semua terjadi dengan sangat tiba-tiba, setiba-tiba hujan di musim kemarau. Sangat tiba-tiba, setiba-tiba kabar kematian yang tak pernah diduga. Sangat tiba-tiba dan harus diterima. Bukan, ini bukan tentang sebuah kematian, meski hampir sama artinya. Kematian, akan menyisakan kehilangan bagi yang ditinggal mati, dan kehilangan akan melahirkan kenangan. Kehilangan dan kenangan adalah bayi dan ari-ari yang rapat dirahim ibu. Begitu pun kamu, kamu memang tidak mati, tapi kamu hilang, kemudian kenangan. Tiba-tiba.
       Mungkin kamu memang suka segala sesuatu yang tiba-tiba, kamu suka memberikan kejutan. Kenapa? Aku tak mau lagi tahu kenapa, bukan urusanku Tapi ketiba-tibaan yang kamu hadirkan dalam hariku telah meremukkanku jadi berserpih-serpih rasanya. Terserahmu lah, akhirnya aku hanya bisa berkata begitu. Benar, pembendaharaan kata dalam hidupku akhirnya hanya tertuju pada satu frasa: terserahmu lah!

Minggu, 01 Juli 2012

Biarkan Siang Bercerita ..

  • Siang, kucoba ungkapkan padanya tentang kerinduan.. jangankan mendengar, menoleh pun ia tidak .. 
  • Siang, kuceritakan padanya tentang cinta, dia diam, menarik selimut keraguan .. 
  • Siang, aku bicara pada diriku sendiri, menegur, menjelaskan, dia datang, membawa segelas harapan .. 
  • Siang, aku mendengarkannya, dia diam, kembali pada tanya yang tak datangkan jawab .. 
  • Siang, daun-daun yang bergoyang, membawa sejumput kisah, hati yang resah .. 
  • Siang,  kita sama-sama melihat, jiwa-jiwa yang tak mau menjadi lelah ..

Minggu, 24 Juni 2012

Cinta, Kata yang Membawainya

Aku mencintaimu, tanpa pengantar, tanpa sebab, tiba-tiba aku menemukan diriku begitu mencintaimu ..

Dalam cinta, menunggu terkadang bukan karena ingin, tapi yakin ...

Cinta itu tetap mendoakan dia yang kita cintai, dengan bisa atau tidak kita memilikinya ..

Karena tak pernah mengerti kapan awal aku mencintaimu maka aku tak akan pernah tahu kapan cintaku berakhir padamu ..

Cinta mengajari banyak hal, dua hal yang terbesar : sangat bahagia dan sangat menderita ..

Jika kita membenci orang yang kita pikir kita cintai dengan alasan tak bisa memilikinya : mungkin itu bukan cinta tapi obsesi ..

Cinta, saat kita begitu menginginkannya tapi kita merasa kita tak mampu merengkuhnya ..

Cinta, ketika dengan berani kita berkata : jadilah milikku, aku akan menjagamu ..

Cinta, satu-satunya alasan yang membuat kita bisa begitu senang dan sedih begitu cepat ..

24 Juni 2012

Pertama menulis blog ini adalah ketika aku harus menyelesaikan 316 halaman Dyssey Of Hammer karena si pemilik buku mau segera membacanya ..
Oke, masalah Dissey Of Hammer akan saya selesaikan setelah selesai menulis halaman pertama di sini.

Saya menyadari bahwa saya adalah orang yang suka mendramatisir keadaan ketika menulis. Mungkin sebenarnya bukan dramatisasi keadaan, justru luapan perasaan yang sering tidak bisa saya sampaikan hanya dengan berkata-kata atau bertindak. Itulah kenapa saya menyukai, mencintai dan menggilai menulis! Karena saya bisa berekspresi segila dan seliar mungkin. Saya bisa menjadi apa pun yang saya inginkan, yang mungkin tak mungkin saya lakukan dikehidupan nyata.

Ah, apa pun itu ...

Saya cinta menulis, cinta membaca dan cinta kamu

Cinta menulis, karena menulis membuat saya menjadi begitu bebas dan demokrasi terhadap diri sendiri.

Cinta membaca, karena membaca mengajari saya banyak hal, mengenalkan saya pada banyak hal, dan karena membaca selalu membukakan mata saya.

Cinta kamu, karena .... karenaa .... .
Entah karena apa, aku pun tak tahu .. Aku mencintaimu begitu saja, tanpa ada pengantar, tanpa ada sebab, tiba-tiba saja aku menemukan diriku begitu mencintaimu. Entah sejak kapan.